Matahari
Sebagai Bintang
Pada
dasarnya matahari merupakan salah satu bintang yang berada di tata surya dan
menjadi pusatnya. Matahari termasuk bintang karena dapat menghasilkan energi
cahaya sendiri. Cahaya matahari dibandingkan bintang yang lain terasa lebih
cemerlang. Hal itulah yang menyebabkan pada waktu siang hari kita tidak dapat
melihat bintang selain matahari.
Matahari
adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000
kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet (yang sudah
diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Matahari dikategorikan
sebagai bintang kecil jenis G.
Matahari
adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul.
Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah
ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih
pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar, karena 98%
massa Tata Surya terkumpul pada matahari.
Di samping
sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat sumber tenaga di
lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit,
masing-masing fotosfer, kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar, matahari,
yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui
reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat juta
ton massa setiap saat.
Matahari
dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa matahari
adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai ke
permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt per
meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakan bintang
generasi kedua. Material dari matahari terbentuk dari ledakan bintang generasi
pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta ini
terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.
a. Energi Pnacaran
Matahari
Matahari
memancarkan energi dalam bentuk cahaya ke segala arah. Energi yang dipancarkan
tersebut, hanya sebagian kecil yang sampai di bumi. Namun sejumlah energi yang
kecil tersebut sudah cukup sebagai sumber energi di bumi. Berdasarkan hasil
penelitian, setiap 1 cm2 atmosfir bumi rata-rata menerima energi matahari
sebesar 2 kalori setiap menit (8,4 joule/menit). Nilai 2 kalori per menit ini
selanjutnya disebut konstanta matahari.
Berdasarkan
penelitian diperoleh bahwa matahari merupakan bola gas yang sangat panas. Bola
gas tersebut terdiri atas 70 % gas hidrogen, 25 % gas helium, dan
5 % unsur-unsur lain seperti gas oksigen, karbon, neon, besi, nitrogen,
silikon, magnesium, nikel, dan belerang (sulfur).
b. Lapisan –
Lapisan Matahari
Wujud
matahari adalah bola gas berpijar yang sangat besar. Berpijarnya bola gas
tersebut disebabkan oleh adanya reaksi fusi di bagian inti matahari. Oleh
karena itu. inti matahari mempunyai suhu yang paling tinggi dibandingkan
bagian-bagian yang lain. Berdasarkan letaknya, susunan lapisan matahari dapat
dibedakan menjadi empat macam. Lapisan-lapisan tersebut mulai dari yang
terdalam berturut-turut adalah lapisan inti, fotosfer, kromosfer, dan korona.
· Inti
Inti merupakan bagian yang paling dalam dari matahari. Suhu di lapisan ini diperkirakan mencapai l6 juta oC. Oleh karena itu, di lapisan inilah reaksi fusi dapat berlangsung. Energi hasil reaksi fusi dipancarkan ke luar secara radiasi.
Inti merupakan bagian yang paling dalam dari matahari. Suhu di lapisan ini diperkirakan mencapai l6 juta oC. Oleh karena itu, di lapisan inilah reaksi fusi dapat berlangsung. Energi hasil reaksi fusi dipancarkan ke luar secara radiasi.
·
Fotosfer
(Lapisan Cahaya)
Fotosfer
merupakan permukaan matahari yang tebalnya kurang lebih 350 km. Lapisan inilah
yang memancarkan cahaya sangat kuat. Oleh karena itu. fotosfer juga disebut
lapisan cahaya. Suhu di fotosfer diperkirakan rata-rata 6.000 oC. Pada suhu
tersebut, suatu benda memancarkan cahaya berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan
cahaya matahari yang berwarna kekuning-kuningan.
· Kromosfer
Kromosfer merupakan lapisan gas dli atas fotoser yang tebalnya sekitar l6.000 km. Oleh karena itu, kromosfer sering disebut lapisan atmosfer matahari. Di lapisan bawah (dekat fotosfer). suhu kromosfer diperkirakan sekitar 4.000 oC. Makin ke atas. suhu kromosfer makin tinggi. Pada lapisan yang paling atas.,suhu kromosfcr diperkirakan mencapai 10.000 oC. Kromosfer.hanya dapat dilihat pada saat terjadi gerhana matahari total. Pada saat itu. Kromosfer tampak seperti gelang atau cincin yang berwarna merah.
Kromosfer merupakan lapisan gas dli atas fotoser yang tebalnya sekitar l6.000 km. Oleh karena itu, kromosfer sering disebut lapisan atmosfer matahari. Di lapisan bawah (dekat fotosfer). suhu kromosfer diperkirakan sekitar 4.000 oC. Makin ke atas. suhu kromosfer makin tinggi. Pada lapisan yang paling atas.,suhu kromosfcr diperkirakan mencapai 10.000 oC. Kromosfer.hanya dapat dilihat pada saat terjadi gerhana matahari total. Pada saat itu. Kromosfer tampak seperti gelang atau cincin yang berwarna merah.
· Korona
Korona mempakan lapisan matahari yang paling luar. lapisan ini juga sering disebut lapisan atmosfer matahari bagian luar. Korona juga merupakan lapisan gas yang sangat tipis. Gas tersebut sering tampak seperti mahkota putih cemerlang yang mengelilingi rnatahari. Oleh karena itu, lapisan gas tersebut disebut korona, artinya mahkota. Karena merupakan lapisan gas tipis. bentuk korona selalu berubah-ubah. Tebal korona diperkirakan mencapai 2,5 juta km. Adapun suhunya \diperkirakan mencapai 1 juta oC Korona dapat diamati setiap saat dengan teleskop. Teleskop yang digunakan untuk mengamati korona disebut koronagraf.
Korona mempakan lapisan matahari yang paling luar. lapisan ini juga sering disebut lapisan atmosfer matahari bagian luar. Korona juga merupakan lapisan gas yang sangat tipis. Gas tersebut sering tampak seperti mahkota putih cemerlang yang mengelilingi rnatahari. Oleh karena itu, lapisan gas tersebut disebut korona, artinya mahkota. Karena merupakan lapisan gas tipis. bentuk korona selalu berubah-ubah. Tebal korona diperkirakan mencapai 2,5 juta km. Adapun suhunya \diperkirakan mencapai 1 juta oC Korona dapat diamati setiap saat dengan teleskop. Teleskop yang digunakan untuk mengamati korona disebut koronagraf.
c. Perputaran
Matahari
Matahari
berputar 25,04 hari bumi setiap putaran dan mempunyai gravitasi 27,9 kali
gravitasi Bumi. Terdapat julangan gas teramat panas yang dapat mencapai hingga
100.000 kilometer ke angkasa. Semburan matahari 'sun flare' ini dapat
mengganggu gelombang komunikasi seperti radio, TV dan radar di Bumi dan mampu
merusak satelit atau stasiun angkasa yang tidak terlindungi. Matahari juga
menghasilkan gelombang radio, gelombang ultra-violet, sinar infra-merah,
sinar-X, dan angin matahari yang merebak ke seluruh tata surya.
Bumi
terlindungi daripada angin matahari oleh medan magnet bumi, sementara lapisan
ozon pula melindungi Bumi daripada sinar ultra-violet dan sinar infra-merah.
Terdapat bintik matahari yang muncul dari masa ke masa pada matahari yang
disebabkan oleh perbedaan suhu di permukaan matahari. Bintik matahari itu
menandakan kawasan yang "kurang panas" berbanding kawasan lain dan
mencapai keluasan melebihi ukuran Bumi. Kadang-kala peredaran Bulan
mengelilingi bumi menghalangi sinaran matahari yang sampai ke Bumi, oleh itu
mengakibatkan terjadinya gerhana matahari.
d.
Manfaat Matahari
· Matahari mempunyai fungsi yang sangat penting bagi
bumi. Energi pancaran matahari telah membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan,
membuat udara dan air di bumi bersirkulasi, tumbuhan bisa berfotosintesis, dan
banyak hal lainnya.
· Merupakan
sumber energi (sinar panas). Energi yang terkandung dalam batu bara dan minyak
bumi sebenarnya juga berasal dari matahari.
· Mengontrol
stabilitas peredaran bumi yang juga berarti mengontrol terjadinya siang dan
malam, tahun serta mengontrol planet lainnya. Tanpa matahari, sulit
membayangkan kalau akan ada kehidupan di bumi.
· Dimanfaatkan
sebagai energi alternatif. Sel surya dan panel surya dapat menghasilkan energi
listrik.
Matahari
disebut bintang karena matahari mampu menghasilkan danmemancarkan cahaya
sendiri melalui reaksi fusi nuklir.Matahari merupakanbintang terdekat dengan
bumi yang menjadi pusat dari tata surya, sehinggamatahari mampu “manarik dan
mengatur” anggota tata surya lainnya. Cahayamatahari dibandingkan bintang yang
lain terasa lebih cemerlang. Hal itulah yangmenyebabkan pada waktu siang hari
kita tidak dapat melihat bintang selainmatahari.Matahari adalah bintang
terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata149.680.000 kilometer (93.026.724
mil). Matahari serta kedelapan buah planet(yang sudah diketahui/ditemukan oleh
manusia) membentuk Tata Surya.
Matahari
adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentukbulat
betul.Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya.Garis
tengah ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya43 mil
lebih pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar,karena
98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari. Di samping sebagai pusat
peredaran, matahari juga merupakan pusatsumber tenaga di lingkungan tata
surya.Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisankulit, masing-masing fotosfer,
kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar,matahari, yang terdiri dari gas
panas menukar zat hidrogen dengan zat heliummelalui reaksi fusi nuklir pada
kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empatjuta ton massa setiap saat. Matahari
dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massamatahari adalah
1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampaike permukaan Bumi
yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 wattper meter persegi setiap
saat.
Matahari
sebagai pusat Tata Surya merupakanbintang generasi kedua.Material dari matahari
terbentuk dari ledakan bintanggenerasi pertama seperti yang diyakini oleh
ilmuwan, bahwasanya alam semestaini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar
14.000 juta tahun lalu.Matahari memancarkan energi dalam bentuk cahaya ke
segala arah.Energiyang dipancarkan tersebut, hanya sebagian kecil yang sampai
di bumi. Namunsejumlah energi yang kecil tersebut sudah cukup sebagai sumber
energi di bumi.Berdasarkan hasil penelitian, setiap 1 cm2 atmosfir
bumi rata-rata menerimaenergi matahari sebesar 2 kalori setiap menit (8,4
joule/menit). Nilai 2 kalori permenit ini selanjutnya disebut konstanta
matahari.
Berdasarkan
penelitiandiperoleh bahwa matahari merupakan bola gas yang sangat panas. Bola
gastersebut terdiri atas 70 % gas hidrogen, 25 % gas helium, dan 5 %
unsur-unsurlain seperti gas oksigen, karbon, neon, besi, nitrogen, silikon,
magnesium, nikel,dan belerang (sulfur). Wujud matahari adalah bola gas berpijar
yang sangat besar.Berpijarnya bolagas tersebut disebabkan oleh adanya reaksi
fusi di bagian inti matahari.Olehkarena itu.inti matahari mempunyai suhu yang
paling tinggi dibandingkanbagian-bagian yang lain. Berdasarkan letaknya,
susunan lapisan matahari dapatdibedakan menjadi empat macam.Lapisan-lapisan
tersebut mulai dari yangterdalam berturut-turut adalah lapisan inti, fotosfer,
kromosfer, dan korona.
2.2 Jarak dan Gerak Bintang
Penentuan
jarak bintang baru dapat dilakukan pada abad ke-19, dandikenal dengan nama cara
paralaks trigonometri. Akibat gerak edar bumimengelilingi matahari, maka
bintang yang dekat akan terlihat bergeser letaknyarelative terhadap
bintang-bintang yang lebih jauh. Bintang tersebut seolahbergerak menempuh
lintasan berbentuk elips yang sebenarnya merupakanpencerminan gerak bumi. Jika
sudut p adalah bentangan sudut yang dibentukantara posisi bintang saat tertentu
relative pada saat acuan, maka dari trigonometrisederhana dapat dirumuskan
sebagai p = αo/α dengan αo adalah jarak mataharibumi, dan α adalah jarak bumi
ke bintang. Karena p sudut yang kecil. Maka jikadinyatakan dalam radian dapat
dituliskan sin p = αo /α. Sebagai ilustrasi, bintang 61 Cygni (di rasi Cygnus)
diukur paralaksnya 0,3detik busur, maka dengan rumus di atas dengan mudah dapat
dihitung jaraknya1014 km. Astronom kerapkali menggunakan satuan jarak parsek,
yangdidefinisikan sebagai jarak bintang yang paralaksnya 1 detik busur.
Hubunganyang diperoleh adalah 1 parsek = 3,26 tahun cahaya.
Gerak
Bintang Bintang tidak diam, tetapi bergerak di ruang angkasa.Pergerakan
bintangini sangat sukar diikuti karena jaraknya yang sangat jauh, sehingga kita
melihatbintang seolah-olah tetap diam pada tempatnya sejak dulu hingga
sekarang.Bila diamati, bintang selalu bergerak di langit malam, baik itu tiap
jam maupuntiap hari akibat pergerakan bumi relatif terhadap bintang (rotasi dan
revolusibumi).Walaupun begitu, bintang sebenarnya benar-benar bergerak
karenamengitari pusat galaksi, namun pergerakannya itu sangat kecil sehingga
hanyadapat dilihat dalam pengamatan berabad-abad.Gerak semacam inilah
yangdisebut gerak sejati bintang.Gerak sejati biasanya diberi symbol dengan µ
dandinyatakan dalam detik busur pertahun. Bintang yang gerak sejatinya
terbesaradalah bintang Barnard dengan µ = 10,25 per tahun (dalam waktu 180
tahunbintang ini hanya bergeser selebar bulan purnama).Gerak sejati bintang
dibedakan menjadi dua berdasarkan arah geraknya.
·
Kecepatan radial : kecepatan bintang
menjauhi atau mendekati pengamat (sejajar garis pandang).
· Kecepatan tangensial : kecepatan
bintang bergerak di bola langit (pada bidang pandang).
Bintang merupakan benda
langit yang memancarkan cahaya. Di mana bintang sendiri terbagi menjadi bintang
semu dan bintang nyata. Bintang semu adalah bintang yang tidak menghasilkan
cahaya sendiri, tetapi memantulkan cahaya yang diterima dari bintang lain.
Bintang nyata adalah bintang yang menghasilkan cahaya sendiri. Secara umum
sebutan bintang adalah objek luar angkasa yang menghasilkan cahaya sendiri
(bintang nyata). Bintang merupakan benda langit yang jaraknya sangat jauh dari
bumi. Penemuan jarak bintang baru dapat dilihat pada abad ke-19, cara yang
digunakan adalah cara paralaks trigonometri. Kita tahu bahwa bumi bergerak
mengitari matahari dalam waktu sekali keliling dalam waktu satu tahun. Akibat
gerak edar bumi, bintang yang dekat akan terlihat seolah-olah menempuh lintasan
berbentuk elips yang sebenarnya merupakan mencerminan gerak bumi.Dan matahari
adalah sebuah bintang dilihat dengan teropong bintang hanya terlihat sebagai
titik cahaya saja yang tidak ada bedanya dengan kalau kita melihat dengan mata
telanjng (tanpa alat). Penggunaan teropong atau teleskop dapat membantu
pengamatan bintang lebih teliti diantaranya:
·
Bintang yang lemah
cahayanya dapat dilihat dan diamati dengan teleskop bergaris dengan 60 cm kita dapat melihat bintang yang 100.000 kali lebih lemah
daripada bintang terlemah yang dilihat oleh mata telanjang (tanpa alat).
·
Bintang yang jarak
sudutnya sangat kecil dapat dilihat secara terpisah.
Gerak diri sebuah bintang adalah perubahan sudut posisinya sepanjang
waktu yang dilihat dari pusat massa tata surya . Gerak diri dihitung dalam
satuan detik busur per tahun, arcsec/tahun, ketika 3600 detik busur sama
dengan satu derajat. Ini berbeda dengan kecepatan radial, yang
merupakan kecepatan dari suatu benda dalam arah segaris menjauhi atau mendekati
pengamat, biasanya diukur dengan perpindahan Doppler terhadap radiasi
yang diterima. Gerak diri tidak semuanya "diri sendiri" (khusus pada
bintang) karena meliputi suatu komponen akibat gerak dari tata surya itu
sendiri.
Pengaruh Gerak Bintang Terhadap Kehidupan
Bintang yang terdekat dengat Bumi adalah
Matahari. Seperti yang kita ketahui, Bumi bergerak mengelilingi Matahari (gerak
Revolusi). Gerak Bumi mengelilingi Matahari inilah yang memiliki pengaruh besar
terhadap hehidupan di Bumi.Adapun pengaruh revolusi bumi terhadap matahari
dalam kehidupan di antaranya:
a. Perubahan lamanya siang dan malam
Pergeseran garis edar matahari akan mengakibatkan
perubahan / perbedaan lamanya siang dan malam. Pada saat-saat tertentu disuatu
tempat akan mengalami malam yang lebih panjang dibanding siang demikian sebalik
nya saat yang lain siang lebih lama dari malam. Di kutub Utara malam
hari dapat berlangsung selama 24 jam sebaliknya pada saat yang sama di kutub
selatan siang hari berlangsung selama 24 jam demikian pula sebaliknya.
b. Pergantian musim
Selain mengakibatkan
perbedaan lamanya siang dan malam, pergeseran garis edar matahari juga
mengakibatkan perubahan musim.Didaerah tropis secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 2 musim, yaitu musim kemarau yang kering dan musim penghujan
yang basah. Sedang didaerah sub tropis dapat dibedakan menjadi 4 musim, yaitu
musim semi, musim hujan, musim panas dan musim gugur. Musim - musim
baik di daerah tropis maupun sub tropis berulang dalam satu tahun.
c. Terjadinya
Paralaks Bintang
Paralaks merupakan gerakan atau
pergeseran suatu benda jauh ketika dilihat dari dua atau lebih tempat yang
berjauhan.
2.3 Konstelasi Bintang
Konstelasi adalah sekelompok bintang
yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi,
kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya,
tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bolalangitmalam.
Dari Bumi
bintang tampak adalah diproyeksikan ke bidang langit yang dikelompokkan dalam
cara yang berbeda, waktu yang berbeda, oleh peradaban kuno. Kelompok ini
bintang dari berbagai bentuk disebut rasi bintang, yang juga dibedakan dengan
nama-nama mitologi (Orion, Andromeda, Perseus, dll).
Dalam
ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan
satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit
malam. Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan
sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan
menjadi rasi-rasi bintang.
Susunan
rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tapi
tidak diakui oleh para ahli astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional,
juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada rasi bintang atau asterisma
jarang yang mempunyai hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan saja tampak
berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh.
Himpunan Astronomi Internasional
telah membagi langit menjadi 88 rasi bintang
resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh
satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara, kebanyakan rasi
bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan melalui Abad
Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.
Fungsi
Rasi Bintang Sebagai Penunjuk Arah Mata Angin
Alam
telah menyediakan seluruh sumber dayanya yang tak terhingga bagi hajat hidup
manusia sekalian. Hanya saja, terkadang manusia belum terlampau jeli untuk
mampu menyingkap berbagai tabir rahasia yang telah disediakan alam baginya.
Arah
mata angin, menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap manusia yang sedang
melakukan perjalanan. Saat ini, telah tersedia berbagai macam alat navigasi yang
canggih dan modern guna memudahkan kita dalam membaca arah mata angin. Namun,
perlu kita ingat bahwa manusia-manusia kuno perintis peradaban terdahulu telah
mampu memanfaatkan alam sebagai pembimbing navigasi mereka dalam wujud rasi
bintang.
Rasi
bintang diidentifikasikan untuk menandai acuan arah mata angin (tentunya yang
akan berfungsi terutama saat malam hari) dengan berbagai bentuknya. Metode kuno
yang terbukti akurat hingga sekarang.Berikut ini beberapa rasi bintang yang
dapat dijadikan acuan sebagai penunjuk arah mata angin :
1. Rasi Bintang Ursa Major, sebagai penunjuk arah
Utara.
Rasi Bintang Ursa Major
atau disebut juga dengan rasi bintang Great Bear (Beruang Besar)/Biduk yang
menunjukkan arah utara berbentuk seperti gayung, dan terdiri dari 7 buah bintang,
karena itu juga terkadang rasi bintang ini disebut sebagai konstelasi bintang
tujuh.Rasi bintang ini terlihat sepanjang tahun di langit utara. Pada rasi
bintang ini, ada satu bintang yang paling terang, dan biasanya dalam peta rasi
bintang diberi simbol α (perhatikan gambar peta rasi bintang dibawah ini).
2. Rasi bintang Crux, sebagai penunjuk arah Selatan
Rasi bintang ini berbentuk seperti ikan pari,
layang-layang, atau salib dan bisa kita lihat pada langit malam dengan arah
agak ke selatan. Sehingga Rasi bintang yang satu ini desbut juga sebagai Rasi
bintang Salib Selatan. Pada rasi bintang ini, ada satu bintang yang paling
terang, dan biasanya dalam peta rasi bintang diberi simbol α (lihat gambar
dibawah).
3. Rasi bintang Orion, sebagai penunjuk arah Barat.
Rasi bintang ini dapat
dilihat di langit sebelah barat. Disebut juga dengan nama Rasi bintang Pemburu
atau Rasi bintang Waluku. Dinamai Orion, yang artinya adalah pemburu dalam
bahasa yunani, rasi bintang ini didedikasikan bagi Orion, putera Neptune, seorang
pemburu terbaik di dunia.
Orion
ini mudah dikenali dengan adanya 3 bintang kembar yang berjajar membentuk sabuk
Orion (Orion Belt). Satu lagi yang menarik di rasi orion ini adalah adanya
bintang Bellatrix dan Betelgeuse pada konstelasinya. Bellatrix identik dengan
tokoh dalam Harry Potter, sedangkan Betelgeuse adalah salah satu judul film
anak-anak waktu dulu.Selain sebagai petunjuk arah barat, rasi bintang orion ini
atau waluku dalam bahasa Indonesia sering dijadikan sebagai tanda bagi para
petani jaman dulu untuk mulai menggarap sawah dan ladangnya.
4. Rasi bintang Scorpius/Scorpion, sebagai penunjuk
arah Tenggara.
Rasi bintang keempat
yang bisa dikenali dan menjadi petunjuk arah adalah rasi bintang kalajengking
atau Scorpio. Rasi bintang satu ini agak susah dicari, karena jumlah bintang
yang membentuk konstelasinya cukup banyak.
Rasi
Scorpio ini menjadi petunjuk arah tenggara. Dalam mitologi yunani kuno, Scorpio
ini adalah utusan Apollo untuk membunuh sang Pemburu, Orion. Pada konstelasi
ini juga terdapat bintang Antares, salah satu bintang paling terang yang pernah
ditemukan.
5. Rasi Andromeda
Andromeda
adalah salah satu rasi bintang yang terletak di belahan langit utara. Rasi
bintang ini berbentuk seperti huruf V dan bisa dilihat paling jelas di musim
gugur bila kita tinggal di belahan bumi utara. Rasi ini terletak di dekat kutub
utara, sehingga hanya beberapa tempat di belahan langit selatan seperti
indonesia yang bisa melihat rasi ini dengan cukup jelas. Bintang yang paling
terang dari rasi ini adalah Alpha and (Alpheratz atau Sirrah), sebuah bintang
ganda yang mempunyai magnitudo 2,06.
6. Rasi Antlia
Rasi Antlia adalah
salah satu rasi bintang yang terletak di belahan langit selatan. Nama Antlia
berasal dari bahasa Yunani yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia kurang
lebih adalah pompa, atau lebih tepatnya pompa udara. Rasi ini ditemukan oleh
astronom Perancis Abbé Nicolas Louis de
Lacaille pada abad 18 . Rasi bintang ini dikelilingi
oleh berbagai rasi yang lain. Bintang yang paling terang di rasi ini adalah
Alpha antliae, sebuah bintang oranye raksasa dengan magnitudo 4,25.
7. Rasi
Apus
Apus
(cendrawasih) adalah suatu rasi bintang
redup di belahan selatan. Pertama kali ditemukan dalam Uranometria yang ditulis oleh Johann Bayer,
tetapi mungkin sudah dipakai untuk navigasi sebelumnya.
Nama
lainnya untuk rasi ini adalah :
·
Apis
Indica / Avis Indica (berasal dari bahasa latin/yunani artinya burung
dari india).
·
Paradisaeus
Ales (berasal dari bahasa yunaniartinya burung surga).
·
異雀, E Cho, Yìquè (berasal
dari bahasa cinaartinya Burung eksotik, burung kecil yang menakjubkan).
8. Rasi
aquarius
Aquarius, atau pembawa
air, adalah salah satu dari 88 rasi bintang di langit. Dalam Zodiak, individu
yang memiliki bintang Aquarius, terlahir pada 20 Januari hingga 18 Februari,
ketika matahari ada pada bintang Aquarius.Rasi ini dapat
ditemukandi wilayahyang sering disebutLautkarenadia sekelompok dengan rasi
bintang yang berhubungan dengan airsepertiCetuspaus, Piscesikan,
danEridanussungai.
2.4
Magnitudo bintang
Magnitudo atau kadang disebut skala kecerahan, skala magnitudo
bermakna semakin besar angka magnitudo maka kecerahan bintang
tersebut akan semakin besar.Semakin kecil nilai magnitudo maka tingkat energi
yang diterima kita di Bumi
akan semakin besar. Magnitudo terbagi menjadi dua yaitu:
a.
Magnitudo
mutlak/magnitudo absolut
Magnitudo
mutlak (Atau yang biasa disebut magnitudo absolut) ialah
magnitudo/terang bintang yang dilihat pengamat pada jarak 10 parsec dari bumi (lihat
parsec di Tab konstanta diatas). Magnitudo mutlak tidak dapat kita
aplikasikan jika kita berada di permukaan bumi, karena magnitudo mutlak
memperhitungkan kompresi dari debu-debu di ruang angkasa, atmosfer dari
berbagai benda langit, dan benda benda yang dapat menghalangi cahaya lainnya.
b.
Magnitudo Semu
Magnitudo Semu ialah
terang bintang sebagaimana kita lihat dari bumi, terang bintang ini diukur
setelah cahaya datang dari bumi, jadi magnitudo semu ialah terang sebagaimana kita
lihat di bumi, tidak memperhitungkan kompresi dari debu-debu angkasa, atmosfer,
dari berbagai benda langit, dan benda benda yang dapat menghalangi cahaya
lainnya.
Di astronomi,
kecerlangan benda langit dinyatakan dengan skala magnitudo. Dengan sistem ini
juga, kita dapat menghitung perbandingan kecerlangan dua benda langit yang
berbeda.Sejarah dimulai ketika Hipparchus, astronom Yunani, pada tahun 120-an
SM berhasil menyusun katalog-bintang pertama.Katalog tersebut memuat 1080
bintang yang diamatinya (tanpa teleskop!).Bintang paling terang disebut
bermagnitudo 1; yang terang kedua disebut bermagnitudo 2; dan seterusnya, yang
paling redup dikatakan bermagnitudo 6.Penamaan ini diadopsi oleh Cladius
Ptolemy dalam menyusun katalog yang dinamainya Almagest.
Sejak ditemukannya teleskop, rentang
magnitudo yang terbatas hanya 1-6 menjadi lebih lebar.Galileo menemukan
bintang-bintang yang lebih redup dari bintang magnitudo 6-nya Ptolemy.Seiring
dengan perkembangan teleskop, semakin lebarlah rentang tersebut. Bintang-bintang
yang semula redup sekali atau bahkan tidak tampak dengan mata biasa, dengan
piranti optik ini bintang-bintang tersebut bisa nampakdi depan mata.
Seiring
dengan semakin majunya teknologi teleskop, magnitudo untuk bintang paling redup
yang dapat kita amati semakin besar. Contohnya, Hubble Space Telescope memiliki
kemampuan untuk mengamati objek dengan magnitudo 31. Tetapi walaupun bukan lagi
nilai terbesar, magnitudo 6 tetap menjadi nilai penting hingga kini karena
inilah batas magnitudo bintang yang paling redup yang dapat diamati dengan mata
telanjang. Tentunya dengan syarat langit, lingkungan, dan mata yang masih
bagus.
Ketika kita
melihat langit malam, akan kita dapati bermacam benda langit yang terangnya
berbeda-beda. Bagaimana caranya agar kita dapat mengetahui perbandingan terang
antara objek yang satu dengan yang lain? Di astronomi, kecerlangan benda langit
dinyatakan dengan skala magnitudo. Dengan sistem ini juga, kita dapat
menghitung perbandingan kecerlangan dua benda langit yang berbeda. Lalu
bagaimana sistem magnitudo ini bekerja?
Jaman dahulu ketika belum ada listrik dan lampu, penduduk/perumahan
belum banyak, lingkungan sekitar tidaklah seterang sekarang. Malam hari menjadi
sangat gelap sehingga langit malam tampak lebih indah karena tidak ada polusi
cahaya. Ketika cuaca cerah, orang dapat menikmati hiburan yang menakjubkan di
layar lebar langit malam. Ribuan bintang, nebula dan gugus bintang yang
terlihat sebagai awan kabut kecil, dan pita putih Bima Sakti, menghiasi
angkasa. Sejarah ditemukannya sistem magnitudo untuk menentukan kecerlangan
bintang dimulai dari kondisi seperti itu. Banyak yang bisa dilakukan dengan
langit pada saat itu.
Sekitar
tahun 150 SM, seorang astronom Yunani bernama Hipparchus membuat sistem
klasifikasi kecerlangan bintang yang pertama. Saat itu, ia mengelompokkan
kecerlangan bintang menjadi enam kategori dalam bentuk yang kurang lebih
seperti ini: paling terang, terang, tidak begitu terang, tidak begitu redup,
redup dan paling redup. Hal tersebut dilakukannya dengan membuat katalog
bintang yang pertama. Sistem tersebut kemudian berkembang dengan penambahan
angka sebagai penentu kecerlangan. Yang paling terang memiliki nilai 1,
berikutnya 2, 3, hingga yang paling redup bernilai 6. Klasifikasi inilah yang
kemudian dikenal sebagai sistem magnitudo. Skala dalam sistem magnitudo ini
terbalik sejak pertama kali dibuat. Semakin terang sebuah bintang, magnitudonya
semakin kecil. Dan sebaliknya semakin redup bintang, magnitudonya semakin
besar.Sistem
tersebut kemudian semakin berkembang setelah Galileo dengan teleskopnya
menemukan bahwa ternyata terdapat lebih banyak bintang lagi yang lebih redup
daripada yang bermagnitudo 6. Skalanya pun berubah hingga muncul magnitudo 7, 8
dan seterusnya. Namun penilaian kecerlangan bintang ini belumlah dilakukan
secara kuantitatif. Semuanya hanya berdasarkan penilaian visual dengan mata
telanjang saja.
Pada tahun 1856 berkembanglah
perhitungan matematis untuk sistem magnitudo. Norman Robert Pogson, seorang
astronom Inggris, memberikan rumusan berbentuk logaritmis yang masih digunakan
hingga sekarang dengan aturan seperti berikut. Secara umum, perbedaan sebesar 5
magnitudo menunjukkan perbandingan kecerlangan sebesar 100 kali. Jadi, bintang
dengan magnitudo 1 lebih terang 100 kali daripada bintang dengan magnitudo 6,
dan lebih terang 10000 kali daripada bintang bermagnitudo 11, begitu
seterusnya. Dengan rumusan Pogson ini, perhitungan magnitudo bintang pun
menjadi lebih teliti dan lebih dapat dipercaya.
Seiring dengan semakin majunya
teknologi teleskop, magnitudo untuk bintang paling redup yang dapat kita amati
semakin besar. Contohnya, Hubble Space Telescope memiliki kemampuan untuk
mengamati objek dengan magnitudo 31. Tetapi walaupun bukan lagi nilai terbesar,
magnitudo 6 tetap menjadi nilai penting hingga kini karena inilah batas
magnitudo bintang yang paling redup yang dapat diamati dengan mata telanjang.
Tentunya dengan syarat langit, lingkungan, dan mata yang masih bagus.
Sama seperti perkembangan yang
terjadi pada magnitudo besar, magnitudo kecil juga mengalami ekspansi seiring
dengan semakin majunya teknologi detektor. Dalam kelompok magnitudo 1 kemudian
diketahui terdapat beberapa bintang tampak lebih terang dari yang lainnya
sehingga muncullah magnitudo 0. Bahkan magnitudo negatif juga diperlukan untuk
objek langit yang lebih terang lagi. Kini diketahui bahwa bintang paling terang
di langit malam adalah Sirius, dengan magnitudo -1,47. Magnitudo Venus dapat
mencapai -4,89, Bulan purnama -12,92, dan magnitudo Matahari mencapai -26,74.
Magnitudo yang kita bicarakan di
atas disebut juga dengan magnitudo semu, karena menunjukkan kecerlangan bintang
yang dilihat dari Bumi, tidak peduli seberapa jauh jaraknya. Jadi, sebuah
bintang bisa terlihat terang karena jaraknya dekat atau jaraknya jauh tapi
berukuran besar. Sebaliknya, sebuah bintang bisa terlihat redup karena jaraknya
jauh atau jaraknya dekat tapi berukuran kecil. Sistem ini membuat kecerlangan
bintang yang kita lihat bukan kecerlangan bintang yang sesungguhnya. Untuk
mengoreksinya, faktor jarak itu harus dihilangkan. Maka muncullah sistem
magnitudo mutlak.
Magnitudo mutlak adalah magnitudo
bintang jika bintang tersebut berada pada jarak 10 parsek. Nilainya dapat
ditentukan apabila magnitudo semu dan jarak bintang diketahui. Dengan
“menempatkan” bintang-bintang pada jarak yang sama, kita bisa tahu bintang mana
yang benar-benar terang. Sebagai perbandingan, Matahari, yang memiliki
magnitudo semu -26,74, hanya memiliki magnitudo mutlak 4,75. Jauh lebih redup
daripada Betelgeuse yang memiliki magnitudo semu 0,58 tetapi memiliki magnitudo
mutlak -6,05 (135.000 kali lebih terang dari Matahari).
Magnitudo
adalah tingkat kecemerlangan suatu bintang. Skala magnitudo berbanding terbalik
dengan kecemerlangan bintang, artinya makin terang suatu bintang makin kecil
skala magnitudonya. Pada zaman dulu, bintang yang paling terang diberikan
magnitudo 1 dan yang cahayanya paling lemah yang masih dapat dilihat oleh mata
diberi magnitudo 6. Sekarang diberikan ketentuan bintang dengan beda magnitudo
satu memiliki beda kecerlangan 2,512 kali (selisih lima magnitudo berarti
perbedaan kecerlangan seratus kali), jadi jika bintang A memiliki magnitudo 1
dan bintang B memiliki magnitudo 3 berarti bintang A 6,25 kali tampak lebih
terang dari bintang B. Perbandingan magnitudo semu bintang dapat menggunakan
rumus Pogson berikut:
m1 = magnitude bintang 1
m2 = magnitude bintang 2
E1 =
Fluks bintang 1
E2 =
Fluks bintang 2
Pengukuran
magnitudo berdasarkan keadaan yang tampak dari Bumi seperti di atas disebut
magnitudo semu, m. Magnitudo mutlak (M) adalah perbandingan nilai
terang bintang yang sesungguhnya. Seperti yang Anda ketahui, jarak antara
bintang yang satu dan bintang yang lain dengan Bumi tidaklah sama. Akibatnya,
bintang terang sekalipun akan nampak redup bila jaraknya sangat jauh. Oleh
karena itu, dibuatlah perhitungan magnitudo mutlak, yaitu tingkat kecerlangan
bintang apabila bintang itu diletakkan hingga berjarak 10 parsec dari
Bumi. Dengan mengingat persamaan radiasi E = L /4πr2,
dengan E energi radiasi, L luminositas (daya) dan r
jarak, maka perhitungan jarak bintang, magnitudo semu dan magnitudo
mutlak (absolut) adalah:
Perlu diingat jarak dalam persamaan modulus
di atas (d) harus dinyatakan dalam satuan parsec. Satu parsec ialah
jarak suatu bintang yang mempunyai sudut paralaks satu detik busur, yang
sebanding dengan 3,26 tahun cahaya (ly) atau 206265 satuan astronomi (AU). Jika
yang ditanyakan ialah jarak, maka rumus diatas dapat dibalik menjadi:
Jika
magnitudo absolut dan magnitudo semunya diketahui, jaraknya dapat dihitung.
Kuantitas m – M dikenal sebagai modulus jarak. Adapun hubungan
antara magnitudo mutlak dan luminositas (daya) bintang, L dapat diterapkan
berdasarkan rumus Pogson.
Misalkan magnitudo semu matahari
tampak dari Bumi, m = -26,83, maka magnitudo mutlak matahari, M
ialah:
M = m + 5 - 5 log d.
mengingat jarak Bumi-Matahari= 1 AU = 1/206265 parsec,
makaM = -26,83 + 5 - 5 log (1/206265)
M = 4,74
Tidak ada komentar:
Posting Komentar